Social Items

fawazgates.com

Engkau beriman maka engkau diuji

Ibn katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa rangkaian ayat ke 2 dan ke 3 dalam Q.S Al-Ankabut di atas menegaskan bahwa setiap orang yang telah mengikrarkan diri bahwa dia seorang mukmin, maka pasti dia akan diuji oleh Allah dengan beragam bentuk ujian untuk membuktikan keimanannya tersebut.

Al-baidhawi menambahkan bahwa setiap ujian adalah sunnatullah yang berlaku pada setiap umat, setiap individu. Maka tidak ada seorang pun yang terlepas darinya.

Muhammad ali al-shabuni ketika menafsirkan rangkaian ayat ke3 dari surat Al-Ankabut tersebut menyatakan bahwa tujuan hadirnya ujian dan cobaan hidup itu untuk membedakan siapa yang benar-benar beriman penuh kesungguhan dan siapa yang berdusta akan keimanannya tersebut.

Diantara cara allah untuk membuktikan keimanan seseorang adalah dengan menghadirkan ujian kepadanya. Ya ujian adalah salah satu cara untuk mengukur kadar keimanan seseorang.

Ada orang yang diuji dengan kesulitan ekonomi. Ada yang diuji dengan sakit yang tak kunjung sembuh. Ada yang diuji dengan ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya. Ada yang diuji dengan sulitnya mendapatkan jodoh. Dan ada pula yang diuji dengan tidak memiliki keturunan.
Beraneka ragam bentuk ujian yang allah hadirkan ke[ada setiap manisia yang mengatakan dirinya beriman kepada Allah tersebut, merupakan cara untuk mengukur seberapa besar dan seberapa tinggi tingkat keimanannya.

Menyikapi Bergam ujian tersebut, ada orang yang tetap teguh dengan keimanannya, alih-alih mengeluh, meratapi nashi, mengukur keadaan, menyesali kondisi yang tengah dialaminya, dia justru menjadi seorang mukmin yang semakin kuat dan tangguh dalam keimanannya. Dia yakin sepenuh hati bahwa bergam ujian yang allah hadirkan mengandung hikmah serta pelajaran berharga dalam hidupnya.

Kesulitan ekonomi yang dia alami alih alih membuatnya putus asa justru menghadirkannya semakin rajin dan giat dalam berusaha dengan terus berdoa kepada allah untuk diberikan kelapangan rezeki. Kehilangan orang yang dicintai justru menyadarkannya bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Karena setiap manusia pasti akan meninggalkan dunia fana ini. Sakit yang yang dideritanya semakin menambah keimanannya karena dia juga yakin bahwa dengan sakitnya itu allah berikan kepadanya kesulitan dalam mendapatkan pasangan hidup, menjadikan seorang mukmin sadar bahwa allah lah yang menentukan segalanya. Dan ketidakhadiran buah hati yang dinanti selama ini menjadikannya semakin kuat untuk beribadah kepada allah dan menyerahkan semua urusan kepada nya. Dia menyadari bahwa tidak mudah menjaga amanat. Dia terbaik sangka kepada allah dengan meyakini setulus hati bahwa pasti ada rencana terbaik yang telah allah siapkan untuknya.

Disisilain ada orang yang menyikapi segala ujian dan cobaan yang menimpanya dengan mengeluh meratapi keadaan, mengutuk nasib, bahkan tidak jarang mempertanyakan keadalian allah. Dia tidak sabar dengan kesulitan ekonomi yang dihadapinya, sedih berkepanjangan karena ditinggal oleh orang yang dicintainya, menyesali sulitnya mendapatkan jodoh, serta menggugat keadilan allah karena tidak hadirnya keturunan. Dia berburuk sangka kepada allah. Dia hanya focus melihat sesuatu yang tidak dimilikinya, tidak memperhatikan apa yang telah dimilikinya.

Padahal, jika dia mau berpikir jernih, nikmat yang telah allah berikan kepadanya jauh lebih besar daripada kekurangan yang ada padanya. Seandainya dia menghitung nikmat allah yang sangat besar itu. Pasti dia tidak akan bisa menghitungnya, kalaulah dia ma uterus menerus menyrukuri nikmat yang telah allah berikan kepadanya. Maka pastti allah akan menambah nikmatnya kepadanya.
Inilah dua kondisi berbeda dalam menyikapi ujian dan cobaan hidup yang biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dua kondisi tersebut mencerminkan tingkat keimanan seseorang.

Mereka yang tetap teguh pad keimanannya meskipun badai ujian dan cobaan datang silih berganti menghadapinya, akan semakin tinggi kualitas keimanannya. Malaikat akan turun membantunya dan memberinya kabar gembira atas usahanya mempertahankan keimanan dalam dirinya.
Sedangkan mereka berputus ada atas ujian yang menimpanya, allah samakan mereka dengan orang-orang kafir yang terputus dari rahmat allah.

Dengan sejumlah keterangan tersebut di atas, jelaslah bahwa ujian pasti akan datang dalam beragam bentuk kepada setiap manusia, lebih-lebih kepada mereka yang telah mengikrarkan diri beriman kepada allah swt.

Dari beragam ujian dan cobaan tersebut dapat diketahui siapa di antara manusia yang paling baik amalnya. Yaitu siapa yang paling teguh menjaga keimanannya, dan siapa yang mudah goyah bahkan runtuh keimanannya.

Ingatlah bahwa karena engkau yang telah menyatakan diri sebagai orang yang beriman, maka engkau pasti akan diiuji. Demikian kira-kira pesan Al-Qur’an kepada kita.

“hidup akan terasa nikmat jika kita terus mendekat kepada sang maha dekat. Hidup akan terasa nikmat ketika hati kita terus terikat kepadanya yakinlah kita tidak sendiri. Ada yang maha segalanya yakni allah.”

Engkau beriman maka engkau diuji

fawazgates.com

Engkau beriman maka engkau diuji

Ibn katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa rangkaian ayat ke 2 dan ke 3 dalam Q.S Al-Ankabut di atas menegaskan bahwa setiap orang yang telah mengikrarkan diri bahwa dia seorang mukmin, maka pasti dia akan diuji oleh Allah dengan beragam bentuk ujian untuk membuktikan keimanannya tersebut.

Al-baidhawi menambahkan bahwa setiap ujian adalah sunnatullah yang berlaku pada setiap umat, setiap individu. Maka tidak ada seorang pun yang terlepas darinya.

Muhammad ali al-shabuni ketika menafsirkan rangkaian ayat ke3 dari surat Al-Ankabut tersebut menyatakan bahwa tujuan hadirnya ujian dan cobaan hidup itu untuk membedakan siapa yang benar-benar beriman penuh kesungguhan dan siapa yang berdusta akan keimanannya tersebut.

Diantara cara allah untuk membuktikan keimanan seseorang adalah dengan menghadirkan ujian kepadanya. Ya ujian adalah salah satu cara untuk mengukur kadar keimanan seseorang.

Ada orang yang diuji dengan kesulitan ekonomi. Ada yang diuji dengan sakit yang tak kunjung sembuh. Ada yang diuji dengan ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya. Ada yang diuji dengan sulitnya mendapatkan jodoh. Dan ada pula yang diuji dengan tidak memiliki keturunan.
Beraneka ragam bentuk ujian yang allah hadirkan ke[ada setiap manisia yang mengatakan dirinya beriman kepada Allah tersebut, merupakan cara untuk mengukur seberapa besar dan seberapa tinggi tingkat keimanannya.

Menyikapi Bergam ujian tersebut, ada orang yang tetap teguh dengan keimanannya, alih-alih mengeluh, meratapi nashi, mengukur keadaan, menyesali kondisi yang tengah dialaminya, dia justru menjadi seorang mukmin yang semakin kuat dan tangguh dalam keimanannya. Dia yakin sepenuh hati bahwa bergam ujian yang allah hadirkan mengandung hikmah serta pelajaran berharga dalam hidupnya.

Kesulitan ekonomi yang dia alami alih alih membuatnya putus asa justru menghadirkannya semakin rajin dan giat dalam berusaha dengan terus berdoa kepada allah untuk diberikan kelapangan rezeki. Kehilangan orang yang dicintai justru menyadarkannya bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Karena setiap manusia pasti akan meninggalkan dunia fana ini. Sakit yang yang dideritanya semakin menambah keimanannya karena dia juga yakin bahwa dengan sakitnya itu allah berikan kepadanya kesulitan dalam mendapatkan pasangan hidup, menjadikan seorang mukmin sadar bahwa allah lah yang menentukan segalanya. Dan ketidakhadiran buah hati yang dinanti selama ini menjadikannya semakin kuat untuk beribadah kepada allah dan menyerahkan semua urusan kepada nya. Dia menyadari bahwa tidak mudah menjaga amanat. Dia terbaik sangka kepada allah dengan meyakini setulus hati bahwa pasti ada rencana terbaik yang telah allah siapkan untuknya.

Disisilain ada orang yang menyikapi segala ujian dan cobaan yang menimpanya dengan mengeluh meratapi keadaan, mengutuk nasib, bahkan tidak jarang mempertanyakan keadalian allah. Dia tidak sabar dengan kesulitan ekonomi yang dihadapinya, sedih berkepanjangan karena ditinggal oleh orang yang dicintainya, menyesali sulitnya mendapatkan jodoh, serta menggugat keadilan allah karena tidak hadirnya keturunan. Dia berburuk sangka kepada allah. Dia hanya focus melihat sesuatu yang tidak dimilikinya, tidak memperhatikan apa yang telah dimilikinya.

Padahal, jika dia mau berpikir jernih, nikmat yang telah allah berikan kepadanya jauh lebih besar daripada kekurangan yang ada padanya. Seandainya dia menghitung nikmat allah yang sangat besar itu. Pasti dia tidak akan bisa menghitungnya, kalaulah dia ma uterus menerus menyrukuri nikmat yang telah allah berikan kepadanya. Maka pastti allah akan menambah nikmatnya kepadanya.
Inilah dua kondisi berbeda dalam menyikapi ujian dan cobaan hidup yang biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dua kondisi tersebut mencerminkan tingkat keimanan seseorang.

Mereka yang tetap teguh pad keimanannya meskipun badai ujian dan cobaan datang silih berganti menghadapinya, akan semakin tinggi kualitas keimanannya. Malaikat akan turun membantunya dan memberinya kabar gembira atas usahanya mempertahankan keimanan dalam dirinya.
Sedangkan mereka berputus ada atas ujian yang menimpanya, allah samakan mereka dengan orang-orang kafir yang terputus dari rahmat allah.

Dengan sejumlah keterangan tersebut di atas, jelaslah bahwa ujian pasti akan datang dalam beragam bentuk kepada setiap manusia, lebih-lebih kepada mereka yang telah mengikrarkan diri beriman kepada allah swt.

Dari beragam ujian dan cobaan tersebut dapat diketahui siapa di antara manusia yang paling baik amalnya. Yaitu siapa yang paling teguh menjaga keimanannya, dan siapa yang mudah goyah bahkan runtuh keimanannya.

Ingatlah bahwa karena engkau yang telah menyatakan diri sebagai orang yang beriman, maka engkau pasti akan diiuji. Demikian kira-kira pesan Al-Qur’an kepada kita.

“hidup akan terasa nikmat jika kita terus mendekat kepada sang maha dekat. Hidup akan terasa nikmat ketika hati kita terus terikat kepadanya yakinlah kita tidak sendiri. Ada yang maha segalanya yakni allah.”

No comments