Social Items

fawazgates.com

Fitrah manusia

Pada hakikatnya dalam diri manusia ada fitrah untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhkan diri dari berbuat hal-hal jahat. Nurani manusia selalu merindukan kedamaian dan ketenangan. Jauh di lubuk hati manusia selalu ada kerinduan untuk terus menerus mengikuti jalan agama yang benar. Inilah fitrah manusia yang sesungguhnya. Fitrah yang diajarkan islam.

Maka kietika manusia tergelincir berbuat kejahatan yang menghinakan dirinya serta menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dan agamanya. Allah mengingatkan mereka melalui firmannya Q.S Al-Rum : 30 ditegaskan :


Rasulullah saw melalui salah satu hadisnya juga menyebutkan bahwa pada dasarnya anak manusia dilahirkan dalam keadaan suci tidak bernoda. Rasulullah mengatakan “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Maka tergantung kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak seorang yahudi, nasrani, atau majusi.”

Dari landasan di atas, telah jelas bahwa di dalam diri manusia terdapat potensi bersih dan suci. kebaikan selalu diakui oleh seluruh umat manusia, berbanding terbalik dengan kejahatan akan selalu mengantarkan manusia kepada kehinaan dan kesengsaraan.

Ironisnya, banyak di antara kita yang melupakan fitrah manusia berupa fitrah insaniyah (kemanusiaan) kita. Sebagian besar kita justru dipengaruhi, bahkan dikuasai nafsu. Menjadikan nafsu sebagai tuhan dalam kehidupan. Padahal Allah swt secara tegas mengecam para budak ‘nafsu’ dengan firmannya.


Betapa nista dan hinanya gelar yang disematkan Allah kepada para pemuja nafsu. Mereka diibaratkan seperti binatang. Bahkan jauh lebih hina dari binatang tersebut. Dan jelas tempat yang telah disiapkan bagi mereka adalah nereka Jahannam (Q.S Al-a’raf).

Bagi manusia yang masih tersadar terhadap eksistensi kemanusiannya, tentu saja tidak mau direndahkan derajatnya, ia selalu menjaga fitrah kemanusiaannya. Bahkan ia akan selalu berusaha meningkatkan derajat serta kualitas kemanusiannya. Tetapi bagi mereka yang telah dibutakan mata hatinya oleh dekapan nafsu, ia akan terlena terbuai tidak memedulikan lagi fitrah kemanusiannya yang suci. Ia akan terlelap dalam bisikan nafsu, sampai akhirnya mau datang menjemputnya.

Semoga kita termasuk kedalam manusia yang senantiasa menjaga fitrah insaniyah kita, menyadari eksistensi kemanusiaan kita, sehingga mengarungi hidup dan kehidupan di dunia ini selalu berada dalam bimbingan wahyu illah. Aamiin

Sifat buruk manusia

Sifat buruk manusia
Dalam surat al-ma’arij ayat 19-21 menerangkan bahwa manusia pada umumnya itu suka mengeluh. Mereka memiliki sifat buruk berupa keinginan (ambisi) yang sangat berlebihan, sedikit kesabaran, banyak berkeluh kesah. Jika ditimpa kesulitan berupa kemiskinan atau sakit, mereka banyak mengeluh, meratapi nasib, mengutuk keadaan, serta diliputi kesedihan berkepanjangan.

Tetapi sebaliknya, jika diberi kebaikan dan kemudahan berupa kesehatan yang sempurna, kekayaan melimpah, pangkat yang tinggi, jabatan yang prestasius, mereka cenderung bersifat pelit (kikir), sombong dan tidak peduli dengan orang disekitar mereka.

Itulah beberapa sifat manusia yang buruk pada umumnya. Ketika kesulitan hidup datang mendera. Dia merasa seolah-olah langit akan runtuh, bumi bergoncang dan dunia berakhir (kiamat). Dia kabarkan kesetiap orang yang dijumpainya bahwa dia tengah dalam kesulitan dan kesengsaraan. Dia ceritakan penderitaannya kepada semua orang.

Dia ingin orang lain tahu bahwa dia sedang dalam keadaan susah, dengan harapan setiap orang akan iba dan menaruh belas kasihan kepadanya. Dia tidak pernah berpikir sedikit pun tentang karunia serta nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Dia hilangkan semua kebaikan dari Allah kepadanya.

Di sisi lain, ketika dia tengan diliputi kebaikan dan kemudahan hidup. Lagi-lagi sifat buruknya muncul. Dia menjadi orang yang sangat kikir, tidak mau berbagi sedikit pun kebahagiaan yang dimilikinya kepada orang lain. Dia simpan dan genggam erat-erat nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Dia berbangga diri dengan kekayaan melimpah yang dimilikinya. Dia menjadi jumawa dengan jabatan dan keudukan yang telah berhasil direngkuhnya. Dia menjadi sombong dengan segala yang dimilikinya. Dia lupa bahwa semua yang saat ini ada dalam kehidupannya adalah nikmat allah yang diberikan kepadanya. Semua yang dimilikinya sesungguhnya hanyalah titipan Allah semata.
Untuk menyadarkan kita semua akan sifat buruk tersebut.

Ada baiknya kita menyimak uraian ayat ke 26 dari Q.S Ali Imran berikut ini yang maknanya secara tegas menunjukkan bahwa segala kekuasaan, kelimpahan harta, kedudukan yang tinggi yang ada pada manusia semua berasal dari Allah swt. Sebaliknya, segala kehinaan, kerendahan, ketidakberdayaan akan allah hadirkan kepada mereka yang terlena dan terbuai oleh tipu daya gemerlap dunia.

Betapa banyak kita saksikan dalam kehidupan ini, orang-orang yang Allah karuniai kekuasaan, kelimpahan rezeki, kedudukan dan jabatan yang tinggi, tetapi karena alih-alih bersyukur justru mereka lalai dan terlena dengan nikmat tersebut. Mereka gunakan kekuasaan kekayaan yang melimpah, serta kedudukan yang tinggi itu untuk berbuat maksiat kepada Allah.

Mereka membanggakan kekuasaan, kekayaan, dan jabatan yang dimilikinya. Mereka menjadi manusia-manusia yang angkuh. Mereka juga sangat kikir. Mereka enggan membelanjakan harta dan kekayaannya di jalan Allah. Mereka memilih untuk menempuh hidup dalam kemewahan.
Padahal dalam al-qur’an mengisahkan sejumlah peristiwa penting dalam sejarah kemanusiaan.

Misalnya fir’aun adalah symbol penguasa zalim, angkuh dan sombong, bahkan menyatakan dirinya sebagai tuhan. Dia dan kekuasaan yang dimilikinya lenyap seketika seiring ditenggelamkannya di laut merah. Qarun adalah symbol manusia kaya raya yang sombong dengan kekayaan yang dimilikinya, yang akhirnya habis riwayatnya ditelan perut bumi. Haman adalah perlambang pejabat negara yang menghalalkan segala cara untuk melanggengkan jabatan dan kedudukannya; menjilat penguasa, membodohi rakyat, mementingkan diri sendiri, yang tamat riwayatnya bersama fir’aun ditenggelamkan Allah di laut merah.

Maka, nikmat tuhanmu yang manakan yang kau kan dustakan?

fawazgates.com


Baca artikel sebelumnya : Nikmati hidupmu menjadi penulis

Fitrah Manusia dan sifat buruk manusia

fawazgates.com

Fitrah manusia

Pada hakikatnya dalam diri manusia ada fitrah untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhkan diri dari berbuat hal-hal jahat. Nurani manusia selalu merindukan kedamaian dan ketenangan. Jauh di lubuk hati manusia selalu ada kerinduan untuk terus menerus mengikuti jalan agama yang benar. Inilah fitrah manusia yang sesungguhnya. Fitrah yang diajarkan islam.

Maka kietika manusia tergelincir berbuat kejahatan yang menghinakan dirinya serta menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dan agamanya. Allah mengingatkan mereka melalui firmannya Q.S Al-Rum : 30 ditegaskan :


Rasulullah saw melalui salah satu hadisnya juga menyebutkan bahwa pada dasarnya anak manusia dilahirkan dalam keadaan suci tidak bernoda. Rasulullah mengatakan “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Maka tergantung kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak seorang yahudi, nasrani, atau majusi.”

Dari landasan di atas, telah jelas bahwa di dalam diri manusia terdapat potensi bersih dan suci. kebaikan selalu diakui oleh seluruh umat manusia, berbanding terbalik dengan kejahatan akan selalu mengantarkan manusia kepada kehinaan dan kesengsaraan.

Ironisnya, banyak di antara kita yang melupakan fitrah manusia berupa fitrah insaniyah (kemanusiaan) kita. Sebagian besar kita justru dipengaruhi, bahkan dikuasai nafsu. Menjadikan nafsu sebagai tuhan dalam kehidupan. Padahal Allah swt secara tegas mengecam para budak ‘nafsu’ dengan firmannya.


Betapa nista dan hinanya gelar yang disematkan Allah kepada para pemuja nafsu. Mereka diibaratkan seperti binatang. Bahkan jauh lebih hina dari binatang tersebut. Dan jelas tempat yang telah disiapkan bagi mereka adalah nereka Jahannam (Q.S Al-a’raf).

Bagi manusia yang masih tersadar terhadap eksistensi kemanusiannya, tentu saja tidak mau direndahkan derajatnya, ia selalu menjaga fitrah kemanusiaannya. Bahkan ia akan selalu berusaha meningkatkan derajat serta kualitas kemanusiannya. Tetapi bagi mereka yang telah dibutakan mata hatinya oleh dekapan nafsu, ia akan terlena terbuai tidak memedulikan lagi fitrah kemanusiannya yang suci. Ia akan terlelap dalam bisikan nafsu, sampai akhirnya mau datang menjemputnya.

Semoga kita termasuk kedalam manusia yang senantiasa menjaga fitrah insaniyah kita, menyadari eksistensi kemanusiaan kita, sehingga mengarungi hidup dan kehidupan di dunia ini selalu berada dalam bimbingan wahyu illah. Aamiin

Sifat buruk manusia

Sifat buruk manusia
Dalam surat al-ma’arij ayat 19-21 menerangkan bahwa manusia pada umumnya itu suka mengeluh. Mereka memiliki sifat buruk berupa keinginan (ambisi) yang sangat berlebihan, sedikit kesabaran, banyak berkeluh kesah. Jika ditimpa kesulitan berupa kemiskinan atau sakit, mereka banyak mengeluh, meratapi nasib, mengutuk keadaan, serta diliputi kesedihan berkepanjangan.

Tetapi sebaliknya, jika diberi kebaikan dan kemudahan berupa kesehatan yang sempurna, kekayaan melimpah, pangkat yang tinggi, jabatan yang prestasius, mereka cenderung bersifat pelit (kikir), sombong dan tidak peduli dengan orang disekitar mereka.

Itulah beberapa sifat manusia yang buruk pada umumnya. Ketika kesulitan hidup datang mendera. Dia merasa seolah-olah langit akan runtuh, bumi bergoncang dan dunia berakhir (kiamat). Dia kabarkan kesetiap orang yang dijumpainya bahwa dia tengah dalam kesulitan dan kesengsaraan. Dia ceritakan penderitaannya kepada semua orang.

Dia ingin orang lain tahu bahwa dia sedang dalam keadaan susah, dengan harapan setiap orang akan iba dan menaruh belas kasihan kepadanya. Dia tidak pernah berpikir sedikit pun tentang karunia serta nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Dia hilangkan semua kebaikan dari Allah kepadanya.

Di sisi lain, ketika dia tengan diliputi kebaikan dan kemudahan hidup. Lagi-lagi sifat buruknya muncul. Dia menjadi orang yang sangat kikir, tidak mau berbagi sedikit pun kebahagiaan yang dimilikinya kepada orang lain. Dia simpan dan genggam erat-erat nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Dia berbangga diri dengan kekayaan melimpah yang dimilikinya. Dia menjadi jumawa dengan jabatan dan keudukan yang telah berhasil direngkuhnya. Dia menjadi sombong dengan segala yang dimilikinya. Dia lupa bahwa semua yang saat ini ada dalam kehidupannya adalah nikmat allah yang diberikan kepadanya. Semua yang dimilikinya sesungguhnya hanyalah titipan Allah semata.
Untuk menyadarkan kita semua akan sifat buruk tersebut.

Ada baiknya kita menyimak uraian ayat ke 26 dari Q.S Ali Imran berikut ini yang maknanya secara tegas menunjukkan bahwa segala kekuasaan, kelimpahan harta, kedudukan yang tinggi yang ada pada manusia semua berasal dari Allah swt. Sebaliknya, segala kehinaan, kerendahan, ketidakberdayaan akan allah hadirkan kepada mereka yang terlena dan terbuai oleh tipu daya gemerlap dunia.

Betapa banyak kita saksikan dalam kehidupan ini, orang-orang yang Allah karuniai kekuasaan, kelimpahan rezeki, kedudukan dan jabatan yang tinggi, tetapi karena alih-alih bersyukur justru mereka lalai dan terlena dengan nikmat tersebut. Mereka gunakan kekuasaan kekayaan yang melimpah, serta kedudukan yang tinggi itu untuk berbuat maksiat kepada Allah.

Mereka membanggakan kekuasaan, kekayaan, dan jabatan yang dimilikinya. Mereka menjadi manusia-manusia yang angkuh. Mereka juga sangat kikir. Mereka enggan membelanjakan harta dan kekayaannya di jalan Allah. Mereka memilih untuk menempuh hidup dalam kemewahan.
Padahal dalam al-qur’an mengisahkan sejumlah peristiwa penting dalam sejarah kemanusiaan.

Misalnya fir’aun adalah symbol penguasa zalim, angkuh dan sombong, bahkan menyatakan dirinya sebagai tuhan. Dia dan kekuasaan yang dimilikinya lenyap seketika seiring ditenggelamkannya di laut merah. Qarun adalah symbol manusia kaya raya yang sombong dengan kekayaan yang dimilikinya, yang akhirnya habis riwayatnya ditelan perut bumi. Haman adalah perlambang pejabat negara yang menghalalkan segala cara untuk melanggengkan jabatan dan kedudukannya; menjilat penguasa, membodohi rakyat, mementingkan diri sendiri, yang tamat riwayatnya bersama fir’aun ditenggelamkan Allah di laut merah.

Maka, nikmat tuhanmu yang manakan yang kau kan dustakan?

fawazgates.com


Baca artikel sebelumnya : Nikmati hidupmu menjadi penulis

No comments